Bicara Sang Embun Dengan Sang Pokok

Biarkan ia terus menghijau.

Sipi-sipi sinaran Sang Mentari dari orbit timur kian menendang Sang Bumi. Seluruh Sang Bangau berkuak rentang mencari rezeki. Sang Burung Hantu bergegas berlari kencang ke tempat lebih redup. Sang Kelawar termenung panjang kerna Sang Pokok sudah lambat berbuah.


Sang Embun: Selamat pagi Sang Pokok. Semoga hari kamu indah ya hari ini.

Sang Pokok: Entahlah Mak Embun. Saya tak berapa selesa semenjak kebelakangan ini.

Sang Embun: Mengapa kamu berbicara hal demikian? Apa yang kamu gusarkan?

Sang Pokok: Manusia.

Jawab Sang Pokok ringkas.

Sang Embun: Sang Manusia bajingan itu lagi? Kaum kamu ditebang serakus-rakusnya lagi? Anak kamu dicabul tanpa belas kasihan? Laki-laki kamu di rampas dan anak perempuan kamu dirogol?

Sang Pokok: Begitulah.

Sang Pokok seakan tak dapat menahan sebak.

Sang Embun: Sabar ya Sang Pokok.

Indah sungguh Sang Mentari menyinari. Entah mengapa lebih indah daripada biasa. Tapi sayang. Seluruh kaum Sang Pokok tak dapat melihat senyuman Sang Mentari seperti biasa. Kawasan keluarga Sang Pokok sudah habis diratakan. Tinggal dia keseorangan. Kawasan menjadi padang jarak padang tekukur.

Sang Embun: Manusia. Biasalah Mak Kok. Mereka lebih pentikan pembangunan daripada menjaga alam. Okaylah. Sang Mentari sudah hampir menjemput saya. Esok kita borak lagi. Adiosssss.


"Manusia Kejam" fikir Sang Pokok sambil mengembuskan nafas yang segar tapi kian berkurangan.